Sumber Artikel: Jawaban.com |
Tanggal 13 Desember 2001, Patricia yang saat itu berusia enam tahun mengalami panas tinggi dan kejang-kejang. Kemudian Ica dibawa oleh kedua orang tuanya ke rumah sakit. Hasil dari pemeriksaan yang menyeluruh, Ica divonis mengalami gagal ginjal. Yunus Santoso, ayah Ica tidak lagi melihat harapan. Untuk menyelamatkan nyawa Ica, dokter menyarankan untuk dilakukan cuci darah. Kabar itu membuat Yunus dan istrinya tidak lagi memiliki harapan. Kami berdoa, setelah itu masuklah anak kami di ruangan cuci darah. Tanggal 15 dokter melihat hasilnya cukup bagus. Ada perubahan membaik sebesar 50%, puji Tuhan. Tanggal 16 dokter mengatakan : “Besok lusa (tanggal 18), anak ini harus cuci darah lagi yang kedua kalinya.”
Setelah kami mendapatkan kabar tentang cuci darah yang kedua, saya ngomong pada istri saya : “Mari kita berdoa”. Saya katakan : “Tuhan, ini anakMu. Engkau telah titipkan, Engkau telah percayakan pada saya. Pada malam hari ini, dia mengalami sakit penyakit dan saya tidak sanggup mengatasi masalah ini. Semua ini kami serahkan kepadaMu, biar kehendakMu saja yang jadi. Kami berjanji bahwa ini adalah anak perjanjian antara Engkau dan kami. Beri kesempatan anak ini untuk sehat, untuk hidup maka aku serahkan anak ini sepenuhnya untuk menjadi pelayanMu. Biarlah kehendak Tuhan yang jadi”.
Saat Ica dibawa keluar dari ruangan tersebut, dia mengatakan : “Pak, penyakit Ica sudah digendong Tuhan Yesus.” Sebagai orang tua saya merasa hati saya teriris lagi. Saya menangis lagi disitu, saya tidak bisa menahan diri saya.
Dari hasil pemeriksaan darah tersebut, tidak lagi ditemukan penyakit pada tubuh Ica. Oleh dokter Ica dinyatakan sembuh dan keesokan harinya bahkan telah diperbolehkan pulang. Yunus tahu Tuhan telah mengerjakan suatu mujizat. Saya percaya apa yang menjadi perjanjian saya dengan Tuhan, Tuhan telah jawab. Tuhan selalu menepati janjiNya. |
