Allah kita adalah Allah yang hidup Bersekutu dengan-Nya merupakan pengalaman yang indah. Pengalaman itu  tidak terbatas pada hal yang spektakuler. Allah tidak ingin kita bersandar pada pengalaman yang spektakuler seperti mujizat semata, akan tetapi menghendaki agar kita mengalami kehadiran Allah hari demi hari melalui persekutuan dengan-Nya.<\/p>\n

Kata-kata Ayub mengingatkan bahwa pengalaman dengan Allah akan membuat kita mengenal Allah. Mengenal itu lahir dari pengalaman bersekutu yang berkesinambungan. Pengalaman dengan Allah artinya kita bertemu dengan-Nya secara langsung melalui doa.<\/p>\n

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau,   tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. (Ayub 42:5)<\/em><\/p>\n

 <\/p>\n

 <\/p>\n

 <\/p>\n

 <\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
\nSaya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. <\/p>\n

Sumber : www.renungankristiani.com<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Allah kita adalah Allah yang hidup Bersekutu dengan-Nya merupakan pengalaman yang indah. Pengalaman itu  tidak terbatas pada hal yang spektakuler. Allah tidak ingin kita bersandar pada pengalaman yang spektakuler seperti mujizat semata, akan tetapi menghendaki agar kita mengalami kehadiran Allah hari demi hari melalui persekutuan dengan-Nya. Kata-kata Ayub mengingatkan bahwa pengalaman dengan Allah akan membuat…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":10734,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[4],"tags":[],"class_list":["post-10733","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-renungan"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/10733","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=10733"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/10733\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":10735,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/10733\/revisions\/10735"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/10734"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=10733"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=10733"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=10733"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}