Ada sebuah mengenai keluarga baru. Mereka baru tiga tahun menikah. Istrinya yang dulu terlihat begitu lembut, ternyata kini menjadi neraka bagi suaminya. Bagaimana tidak? Setiap hari suami harus menuruti segala perkataan dan keinginannya sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan karirnya.<\/p>\n

Suaminya hidup dalam tuntutan dan tekanan dari istri, sehingga lama-kelamaan jiwa dan hatinya digerogoti oleh kekecewaan yang suaminya simpan sendiri. Disitulah awal mula suaminya mulai sakit secara fisik dan akhirnya meninggal dunia.<\/p>\n

Jangan terlalu menutut pasangan hanya untuk memuaskan keinginan diri sendiri. Ketika kita memutuskan untuk berumah tangga, maka kita harus siap berbagi dalam hal apapun. Kita harus menyingkirkan ego untuk mulai memikirkan kebaikan bagi keluarga. Jangan biarkan karena ego, maka kita kehilangan orang yang kita kasihi.<\/p>\n

 <\/p>\n

 <\/p>\n

 <\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
\nSaya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. <\/p>\n

Sumber : www.renungankristiani.com<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Ada sebuah mengenai keluarga baru. Mereka baru tiga tahun menikah. Istrinya yang dulu terlihat begitu lembut, ternyata kini menjadi neraka bagi suaminya. Bagaimana tidak? Setiap hari suami harus menuruti segala perkataan dan keinginannya sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan karirnya. Suaminya hidup dalam tuntutan dan tekanan dari istri, sehingga lama-kelamaan jiwa dan hatinya digerogoti oleh…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":10951,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[4],"tags":[],"class_list":["post-10950","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-renungan"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/10950","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=10950"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/10950\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":10952,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/10950\/revisions\/10952"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/10951"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=10950"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=10950"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=10950"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}