\u201cDhanyabaad Yesu mero man dheki\u201d<\/em>, yang artinya \u201cTerima kasih Yesus dari dalam hatiku\u201d. Air mata membasahi mataku melihat mereka bernyanyi kepada Tuhan.<\/p>\nTiba-tiba, ada sejumlah petugas di luar. Aku tidak dapat benar-benar mengerti apa yang terjadi karena aku kurang menguasai bahasa Nepal. Kami melihat beberapa orang berlari menuju gerbang biru gereja yang besar dan menutup gerbang itu. Kemudian kami baru mengetahui bahwa ada sekumpulan gajah yang menyerbu di luar dan mereka mau mencegah gajah-gajah itu masuk ke lingkungan gereja. Situasinya terasa begitu sulit dipercaya.<\/p>\n
Kemudian, ketika kami berjalan pulang, kami melihat banyak batu bata yang mengelilingi rumah-rumah orang-orang telah runtuh. Orang-orang berkumpul dalam kelompok-kelompok di tanah lapang terbuka, dan banyak yang berusaha menelepon. Di salah satu tempat, sebuah rumah berlantai tiga telah benar-benar hancur, dan polisi sedang mencoba untuk mengambil puing-puing yang ada. Sekitar 100 orang berkumpul di sana, beberapa menonton, beberapa mengambil foto. Kami tidak yakin apakah ada korban jiwa.<\/p>\n
Selama sekitar satu jam, kami merasa seperti tanah di bawah kami bergoyang. Ada banyak kejutan-kejutan susulan di hari itu\u2014dan beberapa hari, minggu, dan bulan setelahnya. Untuk beberapa hari berikutnya, kami tidur di tenda. Setiap pagi, kami menyanyikan lagu \u201c10.000 Reasons\u201d untuk mengingatkan kami bahwa setiap hari adalah hari untuk kita syukuri, dan berharap segala sesuatu menjadi lebih baik.<\/p>\n
Orang-orang yang berbeda memberikan reaksi berbeda terhadap musibah itu. Beberapa rekan kerjaku mengalami trauma kecemasan pascatragedi dan harus pulang ke negara asal mereka untuk mendapatkan bantuan profesional dan menjalani proses pemulihan. Bagiku, aku tahu Tuhan memanggilku untuk tetap tinggal di sana\u2014meskipun duta besar Singapura di New Delhi dan Menteri Luar Negeri telah menghubungi ibuku untuk bertanya tentang keadaanku dan menawarkan diri untuk mengevakuasi diriku. Saat itu, aku yakin bahwa aku harus tetap tinggal di sana sehingga aku dapat bersama orang-orang Nepal di sana, dan aku bersyukur karena orangtuaku menghormati keputusanku. Akhirnya aku tinggal di Nepal selama 18 bulan\u2014hingga bulan Juli tahun ini.<\/p>\n
Apakah gempa bumi itu masih berpengaruh kepadaku sekarang, setelah aku kembali ke Singapura?<\/p>\n
Ya, dalam beberapa hal. Hingga sekarang, setiap kali aku mendengar suara yang serupa dengan alarm gempa bumi, tubuhku secara otomatis menjadi kaku dan langsung bereaksi seakan ada bahaya. Di minggu pertamaku setelah aku pulang ke rumah, ada beberapa kali ketika aku merasa tempat tidurku seperti bergoyang ketika aku sedang berbaring. Dan ketika aku naik kapal, getaran kapal yang ada di bawahku mengingatkanku akan gempa bumi itu.<\/p>\n
Apakah itu berarti aku masih mengalami trauma? Tidak. Itu hanyalah sebuah \u201ckebiasaan\u201d yang aku perlu belajar hadapi. Melalui pengalamanku akan gempa bumi itu, aku kini mengerti lebih dalam akan ayat Alkitab dalam Yesaya 54:10, yang berbunyi, \u201cSebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.\u201d<\/p>\n
Di tengah kekacauan, Tuhan tetap tidak tergoyahkan.<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.<\/p>\n
DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:<\/p>\n
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. <\/p>\n
Sumber : www.warungsatekamu.org<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"
Oleh S. A., Singapura Artikel asli dalam bahasa Inggris: Reliving the Horrific 2015 Nepal Earthquake 25 April 2015. Itulah hari di mana temanku datang ke Nepal untuk mengujungiku (aku sedang menjalani satu tahun tugas penginjilan di Nepal). Itu juga hari di mana dunia menjadi saksi akan gempa bumi terdahsyat di Nepal sejak tahun 1934. Lebih dari 8.000 orang…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":14734,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-14733","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14733","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=14733"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14733\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":14735,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14733\/revisions\/14735"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/14734"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=14733"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=14733"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=14733"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}