Seringkali yang penting bukanlah seberapa kaya kita terlihat di penampilan luar, tapi seberapa kaya kita di dalam diri kita.<\/em><\/p>\nTidak peduli apa pun situasi yang kita hadapi, kita selalu mempunyai pilihan: tenggelam dalam kesedihan atau berharap yang terbaik; menyalahkan lingkungan atau mengizinkan mereka membangun karakter kita; mengeluh sepanjang waktu atau bersyukur untuk setiap hasil positif.<\/p>\n
Ketika aku dibesarkan, keluargaku dipandang \u201cberuntung\u201d di mata banyak orang karena kedua orangtuaku mempunyai pekerjaan untuk menghidupi keluarga mereka. Meskipun demikian, kami tinggal di apartemen dengan 3 kamar tidur yang tidak memiliki keran air, dan listrik hanya datang sewaktu-waktu. Ketika tidak ada listrik, kami menggunakan lentera dan seringkali tidur di luar rumah, menikmati lingkungan sekitar dan membiarkan angin yang sejuk menerpa kami.<\/p>\n
Seperti banyak keluarga lainnya, ketika aku dibesarkan aku juga mengenal bagaimana rasanya kelaparan. Namun, selain itu aku juga belajar, di usia yang dini, untuk berbicara kepada Tuhan dan memiliki iman kepada-Nya. Aku berusia 5 tahun ketika aku menerima Kristus.<\/p>\n
Saat itu, aku mulai mengerti mengapa ibuku memberi makan aku dan saudara-saudaraku satu sendok kacang rebus untuk sarapan kami, tapi ibuku sendiri tidak makan.<\/p>\n
Aku mengerti mengapa ibuku harus meminjam garam untuk memasak makanan kami.<\/p>\n
Aku mengerti mengapa ciciku memetik buah dalam kebun kami yang kecil sehingga dia dapat menjualnya ke anak-anak sekolah untuk mendapatkan cukup uang bagi kami untuk membeli makan siang.<\/p>\n
Aku mengerti mengapa peternak sapi diizinkan memberi makan sapi-sapinya di halaman depan rumah kami sebagai ganti susu sapi segar.<\/p>\n
Aku mengerti mengapa kami mendapat baju baru hanya pada saat Natal.<\/p>\n
Aku mengerti mengapa kami mengais tanah yang baru dipanen untuk mencari kentang-kentang dan kacang tanah yang terjatuh.<\/p>\n
Aku juga mengerti mengapa kami harus mencari air setiap hari dari sebuah sumur atau lubang.<\/p>\n
Tapi, aku tidak kecewa dengan ini semua. Aku selalu memiliki iman bahwa Allah akan menjaga keluarga kami dan menyediakan apa yang kami perlukan setiap hari (Mazmur 37:19).<\/p>\n
Kisahku tidaklah terlalu berbeda dengan kebanyakan orang lain di benuaku. Meskipun tingginya tingkat pengangguran dan banyaknya masalah sosial dan ekonomi di sekitarku, aku telah menyaksikan orang-orang menemukan sukacita ketika berbagi \u201csatu sendok kacang\u201d mereka dengan tetangga-tetangga yang membutuhkan. Aku melihat keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas datang bersama untuk menghadapi berbagai tantangan, percaya sepenuhnya di tengah berbagai kesulitan, bahwa tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari kasih Allah (Roma 8:31-39). Aku juga telah melihat saudara-saudari dalam Kristus bersatu bersama dalam pengharapan yang seakan mustahil, percaya hanya kepada satu nama yang berkuasa (Kisah Para Rasul 4:12).<\/p>\n
Dan aku telah menyaksikan berbagai mukjizat pemeliharaan Tuhan seperti yang ada di dalam Alkitab, karena iman yang teguh kepada Tuhan yang empunya segalanya. Aku telah melihat Tuhan datang kepada para saudara-saudari yang mengorbankan segala yang mereka punya, sampai koin mereka yang terakhir, untuk memberitakan Injil.<\/p>\n
Sepanjang hidupku, aku menyadari bahwa aku butuh berdoa setiap hari untuk kebutuhan-kebutuhan kami, seperti yang ada dalam Doa Bapa Kami (Matius 6:9-16). Namun, itu justru membuatku menyadari betapa aku membutuhkan Tuhan dalam kehidupanku. Aku menjadi benar-benar mengerti arti dari \u201cberikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya\u201d yang ada dalam Doa Bapa Kami. Percaya kepada Tuhan menjadi sesuatu yang nyata. Situasi hidupku telah membuatku mengandalkan Dia untuk memimpin, melindungi, menjagaku. Dan hal itu membuatku semakin dekat dengan Tuhan, sesuatu yang lebih berharga daripada harta yang berlimpah.<\/p>\n
Tuhan memberikan ujian kepada kita untuk membawa kita mendekat kepada-Nya. Untuk itu, aku memuji Dia dan senantiasa bersyukur karena aku telah dilahirkan di Nigeria.<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.<\/p>\n
DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:<\/p>\n
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. <\/p>\n
Sumber : www.warungsatekamu.org<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"
Oleh Debra Ayis, Nigeria Artikel asli dalam bahasa Inggris: Africa: The Secret Behind Faith And Hope Aku tinggal di Nigeria, sebuah negara yang menjadi pemenang negara paling optimistis di dunia tahun 2011 dan negara paling bahagia ke-6 di Afrika tahun 2016. Selama aku tinggal di negara ini, aku belajar sesuatu. Seringkali yang penting bukanlah seberapa kaya kita terlihat…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":14737,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-14736","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14736","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=14736"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14736\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":14738,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14736\/revisions\/14738"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/14737"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=14736"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=14736"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=14736"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}