Mereka yang memasuki pernikahan dan hidup berumah tangga, cepat atau lambat pasti mendambakan buah hati. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ellen dan Jantje yang melangsungkan pernikahan di tahun 1989. Namun setelah menjalani pernikahan selama tiga tahun, mereka tidak juga mendapatkan momongan.<\/p>\n
\u201cKami inginnya ada seorang anak di rumah,\u201d demikian ungkap Ellen, \u201ctapi kok sampai saat ini belum punya.\u201d
\nMereka tidak hanya menunggu tanpa kepastian, Ellen dan Jantje mengunjungi dokter.
\n\u201cKami masing-masing periksa, dokter yang bagian laki-laki mengatakan bahwa saya tidak memiliki masalah. Saya bilang : wah, kalau begitu saya dalam posisi aman,\u201d tutur Jantje.<\/p>\n
Namun bagaimana dengan kondisi istrinya, Ellen?
\n\u201cWaktu dokter itu melihat istri saya, dia menatap istri saya dan berkata kalau istri saya bermasalah.\u201d
\nEllen ternyata memiliki masalah pada indung telur bagian kirinya. Saat vonis dokter itu dinyatakan, hal ini menjadi pukulan yang berat bagi Ellen. Sebagai wanita, ia merasa tidak berharga.<\/p>\n
\u201cRasanya saya tidak ada artinya bagi dia. Dia selalu menguatkan saya, dia bilang: udah, ngga papa kok,\u201d ungkap Ellen.
\nJantje sangat mengerti perasaan istrinya saat itu, ia terus menghibur dan menguatkan iman istrinya. Ia pun tidak menyerah, berbagai upaya medis mereka lalukan bersama namun tetap tidak membuahkan hasil.<\/p>\n
\u201cMungkin sebagai laki-laki saya bisa tahan, tapi istri saya lebih banyak nangisnya kalau teman-teman lain sering becanda.\u201d
\nTerluka, sedih dan merasa rendah diri, itulah yang dirasakan oleh Ellen. Tidak jarang ia juga berbohong dan berpura-pura sedang hamil untuk menepis cibiran dari teman dan saudara. Jantje terbukti lebih kuat dari Ellen, sambil berseloroh: \u201cKalau Tuhan beri anak, puji Tuhan. Tapi kalau sampai kami kakek nenek Tuhan tidak beri, kan masih ada panti jompo.\u201d
\nLelah berharap kepada dokter, Jantje dan Ellen memutuskan sebuah ide gila.<\/p>\n
\u201cTiap kali kami pulang malam, saya lihat anak-anak dipinggir jalan, saya sering tawarkan : Mau jadi anak om ngga? Kalau kamu ikut sama om, om akan pelihara kamu.\u201d
\nTidak hanya itu, kadang mereka pulang malam dan mengikuti ibu-ibu yang terlihat berjalan sendirian sambil menggendong bayi.
\n\u201cKalau pulang malam, kalau ada ibu yang sedang menggendong seorang bayi sering saya bilang begini: Saya mau coba berhenti dulu, jangan-jangan dia buang. Karena saya sering baca koran, ada orangtua yang membuang anaknya. Jadi kami putar mobil, ternyata tidak ada,\u201d tutur Ellen sambil menahan air matanya.<\/p>\n
Hingga suatu hari, Ellen dan Yantje didatangi seorang kerabat yang ingin memberikan anaknya pada mereka.
\n\u201cKerabat kami bawa anak yang maaf kata kepalanya penuh luka. Kami sudah ngurusin dia,\u201d ungkap Ellen.
\nJantje pun sangat bahagia dengan kehadiran anak itu, ia mencintai anak tersebut seperti darah dagingnya sendiri. Sayangnya, kebahagiaannya tidak berlangsung lama. Setelah anak itu sehat dan sembuh dari sakitnya, mereka mengambilnya lagi. Jantje dan Ellen kembali terpukul karena mereka sangat mencintai anak itu.<\/p>\n
\u201cWaktu saya pulang, saya lihat anak itu tidak ada lagi di kamar. Keluarga takut karena mereka tahu kalau saya tahu pasti ngamuk.\u201d
\nBegitu terpukulnya Jantje, emosinya tidak terkendali. Ia memutuskan menyendiri dalam kesedihannya.
\n\u201cSaya keluar dari rumah dan marah-marah sepanjang jalan. Saya ingin duduk sendiri dan langsung menghadapkan wajah ke langit. Saya bilang: Tuhan! Engkau kan mengerti, saya kan rindu punya anak meskipun lewat apapun juga. Masakan Engkau setega itu,\u201d tutur Jantje.
\nSekalipun bertahun-tahun mereka lalui tanpa ada secercah harapan, Ellen dan Jantje tidak pernah melepaskan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Janji Tuhan itulah yang mereka pegang dalam menantikan buah hati mereka.
\n\u201cPercaya apa yang kami minta, Tuhan sudah jawab, itulah yang membuat saya kuat. Karena saya sudah meminta, istri saya sudah meminta, saya percaya Allah akan buat yang terbaik.\u201d<\/p>\n
Tuhan akhirnya membuktikan bahwa Dia tidak pernah mengecewakan orang-orang yang berharap pada-Nya. Mukjizat terjadi, Ellen akhirnya hamil. Ketika melihat hasil test kehamilan, Jantje melompat-lompat kegirangan karena akhirnya harapannya terwujud.
\nTetapi cobaan kembali menghampiri kehidupan Ellen dan Jantje. Saat usia kehamilan Ellen mencapai enam bulan, Ellen mengalami pendarahan. Dokter memberikan dua pilihan, pilih menyelamatkan sang jabang bayi atau ibunya. Diperhadapkan sebuah pilihan yang sulit, Jantje memilih sebuah alternatif lain, yaitu berdoa. Ia berseru kepada Tuhan memohon agar diselamatkan baik ibu maupun bayinya.<\/p>\n
\u201cAkhirnya suster datang dan berkata: Ibunya selamat, anaknya pun juga selamat,\u201d ungkap Jantje bahagia.
\nSaat usia kandungan Ellen menginjak delapan bulan, ia harus menjalani operasi Caesar.
\n\u201cPada saat melahirkan, ari-arinya itu sudah hancur, memang sudah biru. Anak saya lahir itu mukjizat, karena secara manusia, dokter bilang ini anak makan pakai apa. Puji Tuhan, dia keluar beratnya bisa sampai 3,2 kg.\u201d
\nSepuluh tahun, Ellen dan Jantje melalui berbagai pergumulan dan penantian hingga akhirnya lahir buah hati mereka yang mereka beri nama Johanes Clever Buss.<\/p>\n
\u201cTuhan itu luar biasa bagi saya. Tanpa kita sadari, pada saat kita mengalami masalah, Tuhan itu ada. Kalau kita mau bersabar, kita percaya, kita berdoa, pasti Tuhan akan berikan yang terbaik bagi kita,\u201d demikian ungkap Ellen.
\n\u201cApapun yang kita alami dalam hidup kita, mungkin saat kita menanti jawaban doa, setahun, lima tahun ataukah sepuluh tahun, atau bahkan lebih, kita harus percaya bahwa janji dan rencana Tuhan itu tidak pernah gagal,\u201d tutur Jantje penuh sukacita.<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
<\/p>\n
Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.<\/p>\n
DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:<\/p>\n
Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. <\/p>\n
Sumber: http:\/\/forum-kirsten.blogspot.com<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"
Mereka yang memasuki pernikahan dan hidup berumah tangga, cepat atau lambat pasti mendambakan buah hati. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ellen dan Jantje yang melangsungkan pernikahan di tahun 1989. Namun setelah menjalani pernikahan selama tiga tahun, mereka tidak juga mendapatkan momongan. \u201cKami inginnya ada seorang anak di rumah,\u201d demikian ungkap Ellen, \u201ctapi kok sampai…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":14956,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-14955","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14955","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=14955"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14955\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":14957,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/14955\/revisions\/14957"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/14956"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=14955"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=14955"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=14955"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}