\n Segala sesuatu terjadi dengan waktu sekejap. Ketika Linawati Kusuma keluar dari mobil yang dikemudikan ayahnya, Irwan Kusuma, perampok bermotor mendatangi dirinya. Linawati berusaha mempertahankan tas yang ia miliki. Mendengar keributan di jalan, sang ibu, Fang Fang segera menghampiri Linawati. Sambil merebut tas milik Lina, perampok yang panik segera melepaskan tembakan kearah perut ibu Fang Fang.<\/p>\n Linawati Kusuma begitu terkejut<\/strong> Di dalam mobil Irwan Kusuma hanya bisa tertegun<\/strong> Irwan Kusuma segera melarikan sang istri ke rumah sakit<\/strong> Namun dokter tidak bisa mengoperasi ibu Fang Fang<\/strong> Melihat ibunya kritis, Linawati diliputi kepedihan<\/strong> 17 Juli 2006 jam 23.00 malam operasi dilakukan. Tampaknya operasi berlangsung dengan baik. Namun pasca operasi, hal yang ditakutkan terjadi. Ibu Fang Fang mengalami pendarahan parah. Ia bahkan mengalami muntah darah akibat pendarahan di bagian perutnya.<\/p>\n Dr. Riki Tenggara Spd Pd yang merawat ibu Fang Fang<\/strong> Dalam keadaan yang kritis, beberapa kerabat tetap mempersalahkan Linawati yang ketika terjadi perampokan tetap mempertahankan tas yang dipegangnya. Mereka mengatakan kalau saja Lina menyerahkan tas itu maka mamanya tidak akan mengalami keadaan kritis seperti itu. Mereka mempersalahkan Lina yang dianggap tidak punya belas kasihan pada mamanya.<\/p>\n Linawati begitu tertekan dan merasa amat b\u00e9rsalah<\/strong> Kesedihan yang sama dialami Irwan Kusuma<\/strong> 19 Juli 2006 dilakukan operasi kedua. Ibu Fang Fang mengalami luka berat. Banyak organ tubuhnya hancur karena peluru. Organ tubuh yang diangkat adalah sebagian p\u00e1nkreas, keseluruhan ginjal kirinya, limpa yang sudah hancur, dan liver yang robek-robek akibat diterjang peluru.<\/p>\n Ibunda Lina ini mengalami penolakan transfusi<\/strong> Karena Lina mempertahankan hal yang bersifat materi, ibunya menjadi korban. Peluang hidupnya tinggal 25%. Lina tidak bisa membalikkan waktu untuk memperbaiki keadaan. Lina hanya bisa meratap dengan penuh penyesalan.<\/p>\n Malam itu saya bergumul, saya meratap pada Tuhan. Saya hanya bisa bilang : \u201cTuhan tolong mama saya. Mama saya tidak bisa terima darah. Kalau kondisinya seperti ini dokterpun bilang tidak ada harapan.\u201d<\/em> Saya mau berserah karena saya tahu hidup mama ada didalam tangan Tuhan. Saya bilang : \u201cTuhan, saya mau mengampuni orang-orang yang menjahati keluarga kami\u201d<\/em><\/p>\n Saat itulah Lina melihat harapan dari Tuhan<\/strong> 4 Hari kemudian kondisi ibu Fang Fang semakin tidak karuan. Ia mengalami perubahan total. Ingatannya mengalami trauma, ibu Fang Fang mengalami penglihatan aneh-aneh. Ia melihat kaca-kaca ditembaki, penglihatannya sudah lain.<\/p>\n Lina seakan putus harapan<\/strong> Kondisi ibu Fang Fang tampak membaik. Malamnya Lina masih bisa bercanda dengan mama pada waktu jam besuk. Saat Lina kembali ke rumah, adiknya menelpon dan mengabarkan kembali bahwa ibu Fang Fang ada dalam keadaan kritis<\/p>\n Tapi kemudian ada telepon : \u201cCi cepat kembali ke rumah sakit!\u201d.<\/em> Saya sempat panik karena suaranya panik . Saya bilang : \u201cMama kenapa?, mama kenapa?\u201d.<\/em>\u201cPokoknya cepetan saat ini juga harus balik.\u201d<\/em><\/p>\n Lina mulai memikirkan hal-hal buruk<\/strong> Malam itu jantung ibu Fang Fang tiba-tiba berhenti. Dapatkah ia bertahan dalam kondisi yang sangat lemah?. Lina hanya bisa berdoa.<\/p>\n Di ruangan ICU itu hanya ada adik saya, Yoseph yang melihat mama diberikan pertolongan pertama. Saat itu kita semua hanya bisa berdoa. Saya tahu ini merupakan proses, tapi tolong Tuhan beri kekuatan. Saya bilang : \u201cTuhan tolong selamatkan mama saya\u201d.<\/em><\/p>\n Tuhan mendengar doa Lina dan keluarganya. Ibu Fang Fang berhasil melewati masa krisis. Namun tantangan belum berakhir bagi keluarga Irwan Kusuma dan putrinya Lina. Selama berada di rumah sakit, biaya yang harus ditanggung besarnya hingga 360 juta rupiah. Dalam hal ini kembali Tuhan menyatakan kasihNya.<\/p>\n Irwan Kusuma yang mengalami kebaikan Tuhan<\/strong>. Setelah satu bulan berada di RS, ibu Fang Fang dinyatakan sehat dan bisa meninggalkan RS dan pulang ke rumah. Bahkan Dr. Riki Tenggara Spd Pd merasa digerakkan Tuhan untuk meringankan biaya pengobatan.<\/p>\n Kita hanya mengatakan s\u00fadahlah, mungkin untuk biaya dokternya tidak usah bayar. Yang penting apa yang sudah kita upayakan itu bisa menjadi suatu kehidupan. Penyembuhan dari ibu Fang Fang ini lebih merupakan mujizat dari Tuhan<\/p>\n Saat ini ibu Fang Fang telah bisa melakukan aktifitasnya sehar\u00ed-hari tanpa ada keluhan sedikitpun.<\/p>\n Hanya syukur yang ada dalam hidup Irwan Kusuma<\/strong> Linawati Kusuma<\/strong> <\/p>\n Sumber: jawaban.com<\/p>\n<\/td>\n<\/tr>\n<\/tbody>\n<\/table>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Segala sesuatu terjadi dengan waktu sekejap. Ketika Linawati Kusuma keluar dari mobil yang dikemudikan ayahnya, Irwan Kusuma, perampok bermotor mendatangi dirinya. Linawati berusaha mempertahankan tas yang ia miliki. Mendengar keributan di jalan, sang ibu, Fang Fang segera menghampiri Linawati. Sambil merebut tas milik Lina, perampok yang panik segera melepaskan tembakan kearah perut ibu Fang Fang.…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1500,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-1503","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1503","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1503"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1503\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":1504,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1503\/revisions\/1504"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1500"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1503"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1503"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1503"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}} |