Hampir semua wanita yang melahirkan anak akan terlebih dahulu menyaksikan bayi yang dilahirkannya. Tak peduli sesakit apa yang dialami selama proses melahirkan. Tapi kisah yang satu ini sungguh berbeda. Seorang wanita asal Argentina yang juga merupakan seorang petugas kepolisian bernama Amelia Bannan justru melahirkan disaat sedang dalam kondisi koma.<\/p>\n

Dalam kondisi hamil 6 bulan, Amelia harus terbaring tak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan bersama sang suami Christian Espindola. Akibat kecelakaan itu, dirinya mengalami retak tulang dan pembekuan darah di otak.<\/p>\n

Satu bulan kemudian tepat di hari Natal, Amelia akhirnya melahirkan bayi laki-lakinya Santino. Santino kecil pun dirawat oleh kakak ipar Amelia, Norma. Setiap hari pukul 6 sore, Norma dan keluarganya akan membawa bayi itu ke ruang rawat Amelia. Sementara keluarganya yang lain juga selalu datang berkunjung secara teratur. Mereka bahkan mencoba mengajaknya berbicara dan memberinya waktu bersama putranya itu.<\/p>\n

Berkat hal tersebut, kondisi Amelia mulai menunjukkan harapan. Kadang-kadang dia melakukan gerakan dan tanda-tanda bahwa dirinya sudah sadar. Hingga perlahan-lahan, Amelia akhirnya sadarkan diri.<\/p>\n

\u201cWaktu itu kami mendengar dalam kesunyian, kami meletakkan Santino yang sedang memegang botol minumnya di dekatnya. Kami mendengar suara rendah, kami mendengar \u2018ya\u2019, \u2018iya\u2019. Akupun meyakinkan apakah Amelia sudah sadar. Kataku, \u201cAmelia, kalau kamu mendengarku julurkan lidahmu.\u2019 Dan dia menjulurkan lidahnya,\u201d ucap Caesar Bannan, kakak laki-laki Amelia.<\/p>\n

Setelah dia sadarkan diri, Santino kembali diletakkan dipangkuannya. Awalnya dia mengira kalau bayi itu adalah keponakannya. Tapi saat Caesar mengatakan bahwa itu adalah anaknya, Amelia tampak sangat terkejut.<\/p>\n

Sejak saat itu Amelia mulai mengingat semua kejadian yang terjadi pada dirinya. Awalnya dia kaku dalam mengucapkan kata-kata. \u201cDokter mengatakan bahwa apa yang dialami Amelia sama sekali tidak bisa diterima secara ilmiah karena dia percaya kalau itu adalah mujizat dari Tuhan,\u201d ucap Caesar.<\/p>\n

Amelia pun berangsur-angsur pulih. Dia bahkan sudah kembali bisa berjalan. \u201cAwalnya dia hanya bisa bilang \u2018ya\u2019 dan \u2018tidak\u2019. Sekarang dia berhasil menjawab pertanyaan dan mengerti apa yang disampaikan,\u201d kata dokter yang merawatnya.<\/p>\n

Ahli bedah saraf Marcelo Ferreira, yang merawatnya mengatakan bahwa Amelia terus menunjukkan perkembangan yang mengejutkan. Dia juga berharap supaya Amelia bisa menyaksikan anak laki-lakinya tumbuh sampai dewasa.<\/p>\n

\u201cAmelia masih muda, dan meski mengalami cedera otak traumatis, dia telah mengejutkan kami. Kami berharap pada titik tertentu, kita akan bisa melihatnya berjalan memegang tangan anaknya.\u201d<\/p>\n

 <\/p>\n

 <\/p>\n

Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.<\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:<\/p>\n

Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. <\/p>\n

Sumber : Gospelherald.com\/jawaban.com<\/span><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Hampir semua wanita yang melahirkan anak akan terlebih dahulu menyaksikan bayi yang dilahirkannya. Tak peduli sesakit apa yang dialami selama proses melahirkan. Tapi kisah yang satu ini sungguh berbeda. Seorang wanita asal Argentina yang juga merupakan seorang petugas kepolisian bernama Amelia Bannan justru melahirkan disaat sedang dalam kondisi koma. Dalam kondisi hamil 6 bulan, Amelia…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":15323,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-15322","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/15322","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=15322"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/15322\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":15324,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/15322\/revisions\/15324"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/15323"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=15322"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=15322"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=15322"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}