Warning: Uninitialized string offset 0 in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/capabilities.php on line 1

Warning: Uninitialized string offset 0 in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/capabilities.php on line 1

Warning: Uninitialized string offset 0 in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/class-wp-embed.php on line 1

Warning: Uninitialized string offset 0 in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/class-wp-embed.php on line 1

Warning: Uninitialized string offset 0 in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/block-supports/typography.php on line 1

Warning: Uninitialized string offset 0 in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/block-supports/typography.php on line 1

Notice: spl_autoload_register(): Argument #2 ($do_throw) has been ignored, spl_autoload_register() will always throw in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/goodbye-captcha/includes/MchGdbcLibAutoloader.php on line 33

Notice: spl_autoload_register(): Argument #2 ($do_throw) has been ignored, spl_autoload_register() will always throw in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/goodbye-captcha/goodbye-captcha.php on line 134

Deprecated: Optional parameter $url declared before required parameter $icon is implicitly treated as a required parameter in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsi_socialhelper.php on line 510

Deprecated: Optional parameter $url declared before required parameter $icon is implicitly treated as a required parameter in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/controllers/sfsi_socialhelper.php on line 619

Deprecated: Optional parameter $isFloter declared before required parameter $shortcode is implicitly treated as a required parameter in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/ultimate-social-media-icons/libs/sfsi_widget.php on line 115

Warning: The magic method Visual_Form_Builder::__wakeup() must have public visibility in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/visual-form-builder/visual-form-builder.php on line 65

Deprecated: Optional parameter $orderby declared before required parameter $per_page is implicitly treated as a required parameter in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/visual-form-builder/admin/class-entries-list.php on line 104

Deprecated: Optional parameter $order declared before required parameter $per_page is implicitly treated as a required parameter in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/visual-form-builder/admin/class-entries-list.php on line 104

Deprecated: Optional parameter $orderby declared before required parameter $per_page is implicitly treated as a required parameter in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/visual-form-builder/admin/class-forms-list.php on line 138

Deprecated: Optional parameter $order declared before required parameter $per_page is implicitly treated as a required parameter in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/visual-form-builder/admin/class-forms-list.php on line 138

Warning: The magic method Visual_Form_Builder_Form_Display::__wakeup() must have public visibility in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/visual-form-builder/public/class-form-display.php on line 38

Warning: Uninitialized string offset 0 in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php on line 1

Warning: Uninitialized string offset 0 in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php on line 1

Warning: The magic method MchGdbcBasePublicPlugin::__wakeup() must have public visibility in /home/kesaksian/public_html/wp-content/plugins/goodbye-captcha/includes/plugin/MchGdbcBasePublicPlugin.php on line 44

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php:1) in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php:1) in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php:1) in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php:1) in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php:1) in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php:1) in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php:1) in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/kesaksian/public_html/wp-includes/widgets/class-wp-widget-text.php:1) in /home/kesaksian/public_html/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1893
{"id":15488,"date":"2019-03-20T09:59:15","date_gmt":"2019-03-20T02:59:15","guid":{"rendered":"http:\/\/www.kesaksian.org\/?p=15488"},"modified":"2019-03-20T09:59:15","modified_gmt":"2019-03-20T02:59:15","slug":"pertobatan-seorang-master-feng-shui","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.kesaksian.org\/pertobatan-seorang-master-feng-shui\/","title":{"rendered":"Pertobatan Seorang Master Feng Shui"},"content":{"rendered":"

Saya dilahirkan dan tinggal di daerah Pemakaman Tionghoa Sukhawadee di Nong Khee, Thailand. Leluhur saya berimigrasi dari Cina dan menetap di Provinsi Chonburi. Saya belajar ilmu Feng Shui dan astrologi sejak usia 7 tahun dari beberapa guru yang melakukan upacara spiritual di tempat pemakaman.<\/p>\n

Saya senang memperhatikan upacara yang dilakukan oleh guru-guru Feng Shui, seperti berkomunikasi dengan roh-roh, mengusir roh jahat, dan berkomunikasi dengan roh orang mati. Sekalipun masih kecil, saya sangat tertarik dan dapat dengan baik menghafal metode-metode meramal dan juga berbagai prosedur upacara berkaitan dengan Feng Shui di tempat pemakaman. Dalam studi saya tentang ilmu Feng Shui, saya menemukan bahwa pengetahuan ini bukan saja berlaku bagi orang yang sudah mati, melainkan juga bagi yang masih hidup.<\/p>\n

Pada usia 20 tahun, saya sudah menjadi seorang konsultan Feng Shui dan peramal yang cukup terkenal; klien saya termasuk politikus, pejabat tinggi negara, dan juga pengusaha. Bahkan, tokoh Feng Shui yang lain datang berkonsultasi pada saya. Upah saya lumayan mahal, dari beberapa ratus Baht hingga beberapa ribu Baht, tergantung tingkat kesulitannya. Saya terlibat dalam desain dan pembangunan beberapa pemakaman di Thailand.<\/p>\n

Tahun 1996, saya dipekerjakan oleh Gereja Sapan Luang untuk membangun dan merawat tempat pemakaman milik gereja. Saya dipekerjakan sebagai kepala teknisi tempat pemakaman dan saya masih meneruskan bisnis konsultan Feng Shui saya.<\/p>\n

Namun, setiap kali saya bekerja di tempat pemakaman Kristen, saya tidak bisa menahan diri dari bertanya-tanya, “Mengapa keluarga orang-orang Kristen, yang tidak pernah memakai ilmu Feng Shui untuk menguburkan orang mati, menjalani kehidupan yang bahagia dan baik-baik?” Sebaliknya, tempat pemakaman yang dibangun berdasarkan ilmu Feng Shui tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada keturunan mereka. Akibatnya, banyak makam leluhur yang dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain untuk memperbaiki keberuntungan keturunan mereka, yang ternyata gagal dalam kehidupan pribadi maupun bisnis mereka.<\/p>\n

Serangkaian pertanyaan muncul di benak saya. Mengapa keluarga orang-orang Kristen yang mati dan dikuburkan di pemakaman non-Feng Shui itu bahagia dan makmur? Dan juga upacara pemakaman mereka juga menarik: menyanyi lagu-lagu pujian dan khotbah, tidak begitu serius dan formal seperti non-Kristen. Mereka juga tidak kelihatan terlalu sedih.<\/p>\n

Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui saya. Suatu hari, saat saya melakukan survei ke pemakaman dan membaca tulisan-tulisan di batu nisan, saya banyak melihat tulisan-tulisan, “Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya'”; “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”; dan “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” Saat membaca kalimat-kalimat itu, saya tidak memahami arti kata-kata itu dan saya juga tidak tahu bahwa ayat-ayat itu dari Alkitab.<\/p>\n

Pertanyaan-pertanyaan itu saya simpan dalam hati. Di waktu yang bersamaan, saya berusaha untuk mencari kebenaran apakah ilmu Feng Shui benar-benar dapat memperkayakan orang. Saya mulai dengan mengamati bahwa orang-orang yang datang berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah orang-orang kaya karena tarif yang dipasang sangatlah tinggi (jika Feng Shui Master itu terkenal). Saya sangat yakin bahwa tidak ada ahli Feng Shui yang dapat memperkayakan orang karena mereka yang datang semuanya sudah kaya. Alasan mengapa orang kaya berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah karena mereka takut jatuh miskin atau mau menjadi lebih kaya lagi. Sering kali, yang berkonsultasi adalah anggota keluarga dari orang kaya yang telah meninggal, yang meminta untuk menggali dan memindahkan kuburan leluhur mereka ke tempat lain untuk mengubah keberuntungan mereka. Pertanyaan saya adalah mengapa meskipun orang kaya itu dikuburkan sesuai dengan prinsip-prinsip Feng Shui, tetapi keturunan mereka tetap tidak kaya?<\/p>\n

Dari situ, pemikiran saya juga berubah dan saya tidak lagi begitu yakin akan kebenaran prinsip-prinsip Feng Shui. Namun, banyak orang yang masih datang ke saya dan saya hanya membantu mereka untuk menyenangkan mereka. Tidak lama setelah itu, saya diminta untuk membantu di proyek pemakaman milik Gereja Saphan Luang di daerah Nakhoin Pathom. Saya kaget melihat lokasi pemakaman itu yang terletak di antara rel kereta api (di belakang) dan persimpangan T (di depan), yang menurut Feng Shui sangat tidak baik. Menurut ilmu Feng Shui, lokasi itu akan membawa sial dan kemiskinan pada keturunan orang yang dimakamkan di situ. Namun, setelah satu minggu bekerja di sana, saya melihat dari batu-batu nisan di situ bahwa keturunan mereka yang dimakamkan di sana merupakan orang-orang terkenal dan kaya di dalam masyarakat Thailand pada waktu itu.<\/p>\n

Fakta ini membuat saya bertanya kepada beberapa ahli Feng Shui yang terkenal, “Mengapa ilmu Feng Shui tidak berpengaruh terhadap orang Kristen?” Kebanyakan dari mereka memberi tahu saya, “Karena mereka punya Tuhan!”<\/p>\n

Saya juga punya kesempatan untuk menanyakan pada salah satu guru yang paling ternama di Thailand tentang mengapa orang-orang Kristen tetap baik-baik dan bahagia sekalipun mereka tidak memperlakukan prinsip-prinsip Feng Shui, seperti mencari tahu tentang hari dan waktu yang membawa keuntungan; meramal nasib berdasarkan bulan dan tahun lahir; atau berkonsultasi tentang Feng Shui. Guru ini dengan enggan memberi tahu saya, “Memiliki Tuhan mereka sudah cukup bagi orang-orang Kristen!”<\/p>\n

Jawabannya membuat saya bingung dan saya berpikir, “Wah, bagaimana dengan saya? Bagaimana dengan semua yang telah saya pelajari dan terapkan. Bagaimana dengan begitu banyak waktu yang saya pakai untuk menimba pengetahuan tentang Feng Shui? Mana yang benar dan sejati, Feng Shui atau Kekristenan?”<\/p>\n

Semakin saya memikirkan hal ini, semakin saya ingin mengenal Allah orang-orang Kristen. Namun, saya masih belum mempunyai kesempatan untuk mengenal-Nya karena saya tidak tahu harus bermula dari mana! Saya tidak tahu bagaimana untuk mengenal-Nya!<\/p>\n

Di pertengahan tahun 2005, saya menghadapi banyak sekali tantangan dalam pekerjaan saya, sampai-sampai ada yang menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi saya. Namun, sekalipun saya sudah mengetahui bahwa saya akan menghadapi hal yang tidak beruntung pada hari itu, saya tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubah nasib saya atau meringankan kesialan saya.<\/p>\n

Saat saya tertekan karena tidak dapat menuntaskan permasalahan, saya akan bermeditasi untuk mencari ketenangan agar dapat menemukan solusi, namun sia-sia. Pada waktu itu, saya diberi sebuah buku berjudul, “Kuasa kehidupan” yang berisi kesaksian orang-orang Kristen di Thailand dari setiap lapisan masyarakat.<\/p>\n

Pada awalnya, saya tidak memercayai apa yang tertulis dalam buku itu. Namun, karena saya sudah terjepit dan tidak ada jalan ke luar, saya mulai membuka buku itu. Saya tiba pada kalimat yang berkata, “\u2026 jika kita tidak mengakui dosa-dosa kita pada Allah, apa yang akan terjadi dengan hidup kita?” Entah mengapa, tiba-tiba saya menyadari bahwa saya adalah orang yang sangat berdosa karena telah melakukan banyak hal yang menjijikkan.<\/p>\n

Saat itu juga, saya mengakui semua dosa-dosa yang telah saya lakukan dan berkata pada Tuhan, “Saya orang berdosa. Saya meminta kesempatan dari Engkau untuk menjadi orang baik dan menerima hidup yang baru.” Setelah doa itu, saya merasa dihibur secara spiritual dan mental.<\/p>\n

Anggota komite tempat pemakaman selalu melakukan kunjungan kerja sebulan sekali pada hari Sabtu ke tempat saya bertugas. Di bulan Juli tahun 2005 itu, saya tidak sabar menanti kunjungan mereka. Pada hari itu, entah mengapa Pendeta Wirat Wongsantichon menghadiahi saya sebuah Alkitab. Saya bertanya kepadanya mengapa ia memberi saya kado dan ia menjawab, “Saya tidak tahu!” Saat kami makan siang bersama, saya berkata dalam hati, “Mengapa tidak ada yang mengundang saya ke gereja?” Belum lama setelah itu, Penatua Tawee Suwatpanit menoleh ke saya dan berkata, “Preecha, Anda seharusnya datang ke gereja, setidaknya satu kali.” Saya langsung menjawab bahwa saya akan ke gereja keesokan harinya (hari Minggu).<\/p>\n

Pada hari Minggu itu, ditemani oleh anak saya, saya menyetir hampir 250 km (PP) ke gereja yang berlokasi di Bangkok. Pada hari itulah, saya pertama kalinya mengalami dan melihat orang-orang Kristen menyembah Allah mereka. Saya memberi tahu anak saya bahwa kita harus dengan kuat berpegang pada prinsip-prinsip Kristiani dan mengabdi pada Allah orang Kristen. Dan, kita harus berani memberi tahu orang lain bahwa kita adalah Kristen dan harus membaca Alkitab dengan teratur. Setahun kemudian, pada tahun 2006, saya membuka hati dan jiwa untuk memercayai dan menyerahkan seluruh kehidupan saya kepada Allah dan dibaptis. Istri dan anak perempuan saya juga mengikuti langkah saya tidak lama setelah itu. Suatu mukjizat terjadi di dalam keluarga kami. Ayah saya yang selama 20 tahun tidak pernah tinggal serumah dengan kami, kembali dan saat itulah untuk pertama kalinya keluarga kami menjadi utuh. Setelah itu, saya mengikuti pelatihan di gereja tentang “Mengikuti Kristus”, dan saya mulai memahami lebih dalam tentang kekristenan.<\/p>\n

Klien-klien lama saya tetap menghubungi saya untuk membantu dalam hal Feng Shui. Setelah berkonsultasi dengan hamba Tuhan di gereja, saya merasa lega dan bersemangat untuk bertemu dengan klien saya, untuk memberi tahu mereka tentang Tuhan. Namun, di sisi lain, saya juga sangat khawatir jika saya berhenti menjadi seorang konsultan Feng Shui, bagaimana saya akan menghidupi keluarga saya. Pada suatu malam, saya membalik Alkitab dan ayat yang saya baca berkata, “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1) Ayat itu menguatkan hati saya. Tidak lama setelah itu, saya mendapat proyek membangun tempat pemakaman untuk Gereja Piamrak dan Gereja Maitreechit.<\/p>\n

Sejak itu, hidup saya berubah. Saya mempunyai kesempatan bukan saja untuk mengabarkan firman Tuhan pada orang yang tidak percaya (yang mendatangi saya untuk konsultasi Feng Shui), melainkan juga mendorong orang-orang Kristen yang lemah, yang masih mempercayai Feng Shui. Saya menyakinkan mereka bahwa Allah kita besar karena sekalipun saya seorang ahli Feng Shui, saya telah bertobat 180 derajat dan menyembah Dia. Saya selalu mengimbau mereka, “Jangan menyerah, berimanlah pada Allah!”<\/p>\n

Jika Anda adalah anak-anak Allah, janganlah khawatir tentang kehidupan atau masa depan Anda. Feng Shui maupun bintang-bintang di langit tidak memiliki pengaruh atas Anda karena Allah Mahakuasa, Ia memimpin dan mengarahkan hidup Anda. Dia adalah Tuan atas kehidupan Anda. Karena, “Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar, dan Tuhan kita melebihi segala allah.” (Mazmur 135:5)<\/p>\n

\n
\n
\n

“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2)
\n<\/u><\/i><\/p>\n<\/div>\n<\/div>\n<\/div>\n

 <\/div>\n
 <\/div>\n
 <\/div>\n
\n

Mari menjadi Garam & Terang dunia melalui kesaksian hidup kita yang memberkati.<\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:<\/p>\n

Saya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN. <\/p>\n

Sumber: http:\/\/sabda.org<\/p>\n<\/div>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Saya dilahirkan dan tinggal di daerah Pemakaman Tionghoa Sukhawadee di Nong Khee, Thailand. Leluhur saya berimigrasi dari Cina dan menetap di Provinsi Chonburi. Saya belajar ilmu Feng Shui dan astrologi sejak usia 7 tahun dari beberapa guru yang melakukan upacara spiritual di tempat pemakaman. Saya senang memperhatikan upacara yang dilakukan oleh guru-guru Feng Shui, seperti…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":15489,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-15488","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/15488","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=15488"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/15488\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":15490,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/15488\/revisions\/15490"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/15489"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=15488"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=15488"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=15488"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}