Survei terakhir yang dilakukan Dinas Sosial Pemda DKI menjaring 2.283 penderita sakit jiwa di jalanan. Para penderita sakit jiwa kebanyakan disebabkan oleh minimnya kualitas kehidupan sehingga menyebabkan depresi dan gangguan kejiwaan. Lalu langkah apa yang kita lakukan supaya memperbaiki kualitas hidup?
\nPERBANYAK WAKTU DENGAN DIRIMU SENDIRI
\nBergaul memanglah merupakan suatu kegiatan yang mengasyikkan, namun kita juga harus memiliki waktu untuk sendiri. Memiliki waktu untuk sendiri bukanlah untuk menutup kehidupan kita dari dunia luar melainkan kita juga harus memiliki quality time untuk merelax diri kita supaya kita tidak jenuh dan stress.
\nLUPAKAN SEJENAK BEBAN YANG MEMBELENGGU
\nDi poin yang kedua ini dikatakan untuk melupakan beban yang ada, bukan dengan lari dari masalah melainkan dengan menyerahkan semua beban pada Tuhan. Dalam Matius 11:28 dikatakan \u201cMarilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu\u201d. Satu ayat alkitab yang sering kita dengar mengajarkan untuk kita selalu mendekatkan diri pada Tuhan.
\nBERGAULAH DENGAN ORANG YANG MENDUKUNGMU
\nTuhan mengajarkan kita untuk memfilter setiap pergaulan kita, jangan sampai pergaulanmu merusak kualitas hidupmu. Memiliki pergaulan yang baik salah satu cara untuk memperbaiki kualitas hidup. Bergaulah dengan orang yang tepat, orang yang mendukungmu dalam hal kebaikan dan mengingatkanmu saat kamu berbuat salah. Mintalah pada Tuhan supaya kamu diberi teman yang baik yang mampu membawamu ke arah yang lebih baik.
\nBERTOBATLAH
\nDengan bertobat kita mau mengakui kesalahan kita, dengan bertobat kita mau membuat komitmen bersama Tuhan bahwa kita tidak akan jatuh dalam dosa yang sama. Pertobatan merupakan salah satu cara ampuh supaya kualitas hidup kita bisa lebih baik lagi, bukan dengan \u201ctobat sambel\u201d namun pertobatan yang sejati.
\nMENYERAHKAN KEHIDUPAN KITA PADA TUHAN
\n\u201cSerahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah\u201c. \u2013 Maz 55:23
\nDari ayat tersebut kita tahu bahwa bukan orang lain yang menjamin hidup kita, bukan suatu keberuntungan yang mengikuti langkah kita namun karena Tuhan yang telah memelihara kita. Mari serahkan seluruh kehidupan kita dan niscaya Tuhan telah berencana akan kehidupan anak-anakNya. Bukan setengah-setengah tapi sepenuhnya.
\nSemoga dengan tiga cara diatas kita jadi tahu cara untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Ingat! Semua yang ada didunia ini adalah dari Tuhan, mari kita kembalikan juga pada Tuhan. Terus jalin hubungan dengan Tuhan, percayalah Tuhan menjamin hidup kita.<\/p>\n

Semangat !
\nSumber: http:\/\/www.generasihero.com<\/p>\n

 <\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:<\/strong>
\nSaya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Egkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Survei terakhir yang dilakukan Dinas Sosial Pemda DKI menjaring 2.283 penderita sakit jiwa di jalanan. Para penderita sakit jiwa kebanyakan disebabkan oleh minimnya kualitas kehidupan sehingga menyebabkan depresi dan gangguan kejiwaan. Lalu langkah apa yang kita lakukan supaya memperbaiki kualitas hidup? PERBANYAK WAKTU DENGAN DIRIMU SENDIRI Bergaul memanglah merupakan suatu kegiatan yang mengasyikkan, namun kita…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1724,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[4],"tags":[],"class_list":["post-1723","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-renungan"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1723","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1723"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1723\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":1725,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1723\/revisions\/1725"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1724"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1723"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1723"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1723"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}