Penyanyi rohani Maria Shandi dikenal aktif menghasilkan banyak karya. Pada bulan Desember 2015 lalu Maria meluncurkan album baru yang berjudul Dia Tahu. Ini merupakan pengalaman pertamannya terlibat langsung dari proses awal pembuatan lagu sampai album selesai. Maria mengakui proses pembuatan album ini cukup menguras tenaga. Namun, penyanyi berambut panjang ini bersyukur bisa persembahin kerja kerasnya ini buat Tuhan dan pendengar setianya.
\nAlbum Dia Tahu ini buatku sangat personal karena gambarin sisi lebih dewasanya aku, terutama dalam kerohanian. \u201cIntinya melalui album ini, aku berusaha untuk jujur ungkapin isi hati melalui lagu-lagu yang aku tulis dan nyanyikan,\u201d ujar dara cantik kelahiran 20 November 1988 ini.
\nAlbum ini gambarin perjalanan hidup kekristenan Maria. Ia teringat ketika mengenal Tuhan secara pribadi, Maria terpesona dengan mukjizat-mukjizat yang Dia lakuin dalam hidupnya, sehingga membuatnya bergairah untuk mengenal Tuhan lebih dalam.<\/p>\n

Seiring waktu, ia disadarin bahwa hidup ini ternyata bukan hanya tentang makan, minum atau kesenangan hidup lainnya yang bisa mengalihkan tujuan utama yaitu memiliki pribadi Yesus. Sehingga kita layak untuk tinggal bersama dengan-Nya di langit dan bumi baru. \u201cMelalui album ini aku berharap bisa mengingatkan setiap pendengar bahwa dunia ini bukanlah rumah kita dan kita cuma sementara tinggal di sini. Jadi, dunia ini adalah sekolah kehidupan yang mempersiapkan kita untuk kehidupan yang sesungguhnya setelah kita menutup mata nanti,\u201d tutur Maria.
\nLagu berjudul Dia Tahu mengandung makna bahwa hidup ini adalah pertandingan yang garis akhirnya kembali kepada rancangan Tuhan yang semula, sehingga kita layak untuk tinggal bersama dengan Tuhan sampai selamanya. Dalam pertandingan, akan ada peristiwa hidup yang kita alami.
\nNamun ketika kita mengenal Tuhan dengan baik melalui persekutuan pribadi tiap hari dan kebenaran firman-Nya, justru proses itulah yang akan membentuk dan mendewasakan kita.
\n\u201cJadi apapun yang terjadi, jangan pernah menyerah, karena Dia tahu yang kita butuhin, bahkan sebelum kita memintanya. Tetap fokus kepada tujuan utama dan berjuang untuk menyelesaikan pertandingan hidup kita,\u201d imbau penyanyi yang pernah meraih Gospel Music Award 2008 ini.
\nMaria pun ngga henti berkarya. Pada Januari 2016, ia merilis video testimoni berjudul \u201cMS Heart\u201d yang akan ditayangkan secara rutin di Youtube Maria Shandi, Life Chanel TV dan U Chanel TV. \u201cMelalui video ini aku pengen berbagi tentang kebenaran firman Tuhan yang aku pelajari, dihubungkan dengan pengalaman hidup keseharianku. Aku berharap karya-karyaku bisa memberkati dan mengubah setiap dari kita untuk ngga pernah menyerah dan selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup ini, \u201d harapan gadis yang pandai bermain piano ini.
\nSumber: http:\/\/www.generasihero.com<\/p>\n

 <\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
\nSaya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Egkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Penyanyi rohani Maria Shandi dikenal aktif menghasilkan banyak karya. Pada bulan Desember 2015 lalu Maria meluncurkan album baru yang berjudul Dia Tahu. Ini merupakan pengalaman pertamannya terlibat langsung dari proses awal pembuatan lagu sampai album selesai. Maria mengakui proses pembuatan album ini cukup menguras tenaga. Namun, penyanyi berambut panjang ini bersyukur bisa persembahin kerja kerasnya…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1822,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-1821","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1821","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1821"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1821\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":1823,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1821\/revisions\/1823"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1822"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1821"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1821"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1821"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}