\u201cApapun masalah yang terjadi di dalam hidupmu, kuncinya adalah melakukan penyembahan kepada Tuhan yang menciptakanmu dan mengetahui segala sesuatu tentangmu-kegagalan, kekurangan, ketidakamanan, dosa, dan ketakutan. Dia duduk diatas takhtaNya, mahatahu, Ia mengerti tujuan akhir kita, mengetahui bagaimana caranya membawa kita ke tempat yang Ia ingin kita berada.
\nIa tau mengapa Ia menciptakan kita. Jika kita tidak mau menyembahNya, Ia tidak akan mendekat pada kita. Jika kita mau menyembahnya, Ia akan membantu kita dan memberi tahu bagaimana caranya untuk bergerak maju. Ia bahkan dapat mengungkapkan hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang\u201d, dikutip dari Chuck Pierce dan John Dickson:
\nAda kuasa dalam menyembah Tuhan. Jika kita ingin melihat terobosan dalam hidup kita dan orang lain, maka inilah saatnya untuk memasuki tingkat penyembahan yang lebih dalam lagi baik secara pribadi maupun berkelompok. Tidak akan mungkin kita bisa berjalan dalam kedamaian dan kekuatan dan rencanaNya yang sempurna tanpa penyembahan.
\nTuhan ingin kita bangkit. Ia tahu segala sesuatu yang terjadi. Ia bisa memahami. Inilah waktunya untuk mengabdikan diri kita untuk penyembahan yang lebih besar kepada Tuhan. Gaya hidup menyembah adalah kunci kehidupan.
\nKehidupan kita bukan seperti jalanan yang lurus. Namun seperti lautan. Perairan yang penuh gejolak, dan kita harus mampu bertahan terhadap kenyataan ini. Tetap teguh, berdoa dengan sungguh, dan menyembah dengan sepenuh hati. Perlu diingat bahwa tidak ada badai yang tidak dapat dikalahkan Yesus. Jika kita tetap setia menyembahNya dalam keadaan sulit, kita pasti beroleh kemenangan. Penyembahan membawa kita kepada mujizatNya yang ajaib.
\nMazmur 96 : 1-3 mengatakan, \u201cNyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.\u201d
\nDalam bukunya \u201cThe Prayer That Changes Everything\u201d, Stormie Omartian mengatakan:
\n\u201cKita diciptakan untuk menyembah Tuhan, dimana jiwa kita menemukan kedamaian, ketenangan, dan tujuan sejati. Penyembahan harus menjadi gaya hidup kita. Bila kamu membuat penyembahan sebagai gaya hidup, maka bagaimanapun keadaan di sekelilingmu, entah itu bahagia maupun duka, kita tetap rindu untuk menyembah Tuhan dan akan menyadari bahwa Tuhan bekerja atas nama kita. dan disitu kita tahu, ada kuasa dibalik penyembahan.\u201d
\nApakah kamu terbebani oleh masalah kehidupan? Apakah kamu mulai kewalahan dengan keadaan yang sulit? Cobalah untuk mulai berdoa dan menyembah. Perlahan namun pasti, kamu pasti merasakan perubahan. Keindahan saat menyembah Tuhan adalah hal luar bisa. Disitu imanmu akan bangkit. Semangatmu membawamu memuji-Nya. Dan langkah pertama yang harus dilakukan. Buka mulutmu, dan mulailah. Ia bisa mengubah kegelapan menjadi terang.
\nSumber: http:\/\/www.generasihero.com<\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
\nSaya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Egkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

\u201cApapun masalah yang terjadi di dalam hidupmu, kuncinya adalah melakukan penyembahan kepada Tuhan yang menciptakanmu dan mengetahui segala sesuatu tentangmu-kegagalan, kekurangan, ketidakamanan, dosa, dan ketakutan. Dia duduk diatas takhtaNya, mahatahu, Ia mengerti tujuan akhir kita, mengetahui bagaimana caranya membawa kita ke tempat yang Ia ingin kita berada. Ia tau mengapa Ia menciptakan kita. Jika kita…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1852,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[4],"tags":[],"class_list":["post-1851","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-renungan"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1851","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1851"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1851\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":1853,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1851\/revisions\/1853"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1852"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1851"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1851"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1851"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}