Perkataan kita itu seperti air yang ada di dalam gelas. Cobalah untuk mengisi gelas dengan air sampai penuh, jika airnya berwarna jernih maka air yang meluber ke atas meja pun akan berwarna jernih. Namun ketika air berwarna keruh, maka air yang meluber ke atas meja juga berwarna keruh.<\/p>\n

Begitu juga dengan perkataan kita, ibarat air yang tertumpah dari gelas. Sama halnya dengan perkataan yang keluar dari mulut kita. Kalau hati kita bersih, maka kata-kata yang kita keluarkan juga selalu menyejukkan sekitar kita bahkan memberi kehidupan. Tapi jika kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata kotor maka akan menyakiti sesama.<\/p>\n

Dari hatilah terpancar kehidupan. Dari hati pula orang lain dapat melihat kasih Allah. Jika kita ingin menjadi berkat bagi sesama, maka belajarlah untuk memiliki hati yang bersih.<\/p>\n

Karena dosa mulut mereka adalah perkataan bibirnya, biarlah mereka tertangkap dalam kecongkakannya. Oleh karena sumpah serapah dan dusta yang mereka ceritakan.<\/strong><\/em><\/p>\n

Mazmur 59:13<\/strong><\/em><\/p>\n

Sumber: http:\/\/www.renungankristiani.com<\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
\nSaya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Egkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Perkataan kita itu seperti air yang ada di dalam gelas. Cobalah untuk mengisi gelas dengan air sampai penuh, jika airnya berwarna jernih maka air yang meluber ke atas meja pun akan berwarna jernih. Namun ketika air berwarna keruh, maka air yang meluber ke atas meja juga berwarna keruh. Begitu juga dengan perkataan kita, ibarat air…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1934,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[4],"tags":[],"class_list":["post-1933","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-renungan"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1933","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1933"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1933\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":1935,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1933\/revisions\/1935"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1934"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1933"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1933"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1933"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}