Salah satu pakaian tradisional yang sering dikenakan wanita Indonesia hingga saat ini dikenal dengan sebutan kebaya. Bahan tipis dengan motif yang didominasi motif bunga ini membuat penggunanya terlihat semakin memesona. Selain itu, yang juga tidak kalah memesona adalah rancangan kebaya oleh Anne Avantie. <\/p>\n

Hasil karya wanita yang sering dipanggil Bunda ini bahkan telah menembus pasar internasional. Dirinya berhasil menjaga eksistensinya di dunia fashion hingga saat ini. Menurutnya, kuncinya dalam menjadi seorang desainer yang \u2018diperhitungkan\u2019 adalah dengan memiliki nilai lebih. Selain itu, penting untuk dapat menjaga image dan menjadi pribadi yang mampu menginspirasi banyak orang.<\/p>\n

Karyanya yang terkenal glamour selalu berhasil menarik perhatian para  peminat fashion. Tetapi yang dia inginkan ternyata berbeda. \u201cDilihat atau tidak itu urusan Allah.\u201d Untuknya yang lebih penting adalah menunjukkan kepada dunia, \u2018apakah dia mampu menjaga apa yang sudah Tuhan berikan kepadanya?\u2019<\/p>\n

Dengan komitmen yang tinggi terhadap dunia fashion, diakui olehnya bahwa terkadang ada beberapa hal yang dikorbankan. Salah satunya adalah waktu bersama keluarga. Hingga saat ini wanita kelahiran 20 Mei 1964 masih menerima protes dari keluarga. Meskipun begitu, dia tetap berusaha memaksimalkan setiap kesempatan yang dimilikinya saat bersama keluarga. Menurutnya dengan kualitas yang baik, waktu yang sedikit juga bisa menciptakan moment yang berarti. <\/p>\n

Melihat kesuksesan yang diraihnya tidak lantas membuatnya cepat puas. Malah Anne Avantie beranggapan bahwa dengan kelebihan yang dimiliki, dia merasa kecil di hadapan Tuhan. \u201cSaya merasa tidak ada yang bisa saya lakukan, kalau Tuhan tidak campur tangan dalam kehidupan saya. Oleh sebab itu dalam hidup, saya selalu mengandalkan Tuhan.\u201d<\/p>\n

Baginya, waktu yang diberi oleh Tuhan adalah kesempatan untuk pembaharuan hidup. Dan tidak selamanya dia akan berkutat dengan dunia fashion, karena karir bukanlah tujuan hidupnya. Dengan kehendak Tuhan dalam hidupnya yang membawanya hingga pada level saat ini. Dia juga percaya, saat Tuhan berkehendak, maka dirinya akan dimampukan dan diperlengkapi Tuhan.<\/p>\n

Dengan kesuksesannya Anne Avantie juga membagikan kasih yang tersimpan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Karena selain menjadi desainer kondang, dia juga adalah penggagas pelayanan kemanusiaan \u2018Wisma Kasih Bunda\u2019 yang melayani anak-anak hydrocepalus. Baginya, dunia seni dan pelayanan bekerja di ladang Tuhan harus berjalan beriringan dan berkesinambungan. Baginya, apa yang dilakukannya mungkin memang tidak dapat mengatasi semua persoalan. Tetapi mencintai anak-anak hydrocepalus adalah bagian yang tidak bisa terlepaskan darinya. <\/p>\n

Namun, niat baiknya tidak terlepas dari tanggapan negatif dari orang lain. Dirinya sempat dinilai sedang melakukan pencitraan. Mengesampingkan omongan orang lain, dirinya tetap setia selama 15 tahun dengan kehendak Tuhan hingga saat ini. \u201cCinta memang tidak diukur dengan waktu, namun cinta bisa dilihat dengan bukti. Bahwa ternyata Tuhan mengkehendaki saya bekerja untuk Dia.\u201d Sehingga apapun yang menghalangi sudah tidak lagi mengganggu dirinya. <\/p>\n

Walaupun begitu, tidak dipungkiri olehnya bahwa dalam \u2018mengenal\u2019 panggilannya terdapat beberapa kendala. Lima tahun pertama, Anne Avantie sempat ingin berhenti karena ia tidak sanggup mendengar cibiran orang lain. Tetapi semua terlewati dengan pertolongan Tuhan. Disamping itu, masalah biaya juga sempat membebaninya. \u201cWalaupun dengan tertatih, tetapi Tuhan menyatakan kehendak-Nya sepaket dengan jalan keluar. Anak-anak di tempat ini hadir dengan \u2018tabungan\u2019 masing-masing dari Tuhan.\u201d<\/p>\n

Lewat aksi inilah, dirinya menemukan arti baru dari pelayanan yang merupakan karunia yang diberi oleh Tuhan. Lewat anak-anak inilah, Anne Avantie mengenal Tuhan yang Esa, Allah yang berkuasa, dan Allah yang adalah mujizat. Baginya, Allah telah membawanya kepada pengharapan dan iman. Baginya pelayanan ini bukanlah cerita namun perjalanan memahami panggilan hidupnya dengan anugerah dari Tuhan.<\/p>\n

Sumber : Anne Avantie<\/p>\n

 <\/p>\n

 <\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
\nSaya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.<\/p>\n

 https:\/\/www.jawaban.com<\/p>\n

 <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Salah satu pakaian tradisional yang sering dikenakan wanita Indonesia hingga saat ini dikenal dengan sebutan kebaya. Bahan tipis dengan motif yang didominasi motif bunga ini membuat penggunanya terlihat semakin memesona. Selain itu, yang juga tidak kalah memesona adalah rancangan kebaya oleh Anne Avantie.  Hasil karya wanita yang sering dipanggil Bunda ini bahkan telah menembus pasar internasional.…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":7337,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-7336","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7336","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=7336"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7336\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":7338,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7336\/revisions\/7338"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/7337"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=7336"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=7336"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=7336"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}