Saudara-saudari yang terkasih!<\/span><\/p>\n

Izinkan saya memberikan kesaksian kepada Anda. Saya ini adalah orang yang paling berdosa.<\/span><\/p>\n

Ayah saya adalah seorang pendeta. Keluarga saya semua adalah orang percaya. Saya dibaptis saat dilahirkan. Saya juga membaca Alkitab. Akan tetapi semua itu tidak saya lakukan dengan hati saya.<\/span><\/p>\n

Pada usia 18 tahun, saya berangkat ke Amerika. Saya melupakan urusan dengan Tuhan. Saya merasa diri saya ini pintar dan terpelajar.<\/span><\/p>\n

Saya memiliki segala-galanya, akan tetapi tidak ada damai sejahtera. Seringkali saya merasa ingin bunuh diri. Saya dipandang sebagai seorang cendekiawan, orang-orang mengira bahwa hidup saya bahagia.<\/span><\/p>\n

Akan tetapi mereka tidak mengetahui kesedihan saya.<\/span><\/p>\n

Saya mempelajari filsafat Laotse. Tidak saya dapatkan kedamaian di sana. Saya mempelajari Al Quran. Saya hanya dapati sedikit kedamaian di sana. Saya kunci diri saya di dalam kamar dan mempelajari Alkitab, akan tetapi isinya sangat membingungkan saya. Semakin saya baca, semakin pahit hati saya.<\/span><\/p>\n

Saat itu saya memandang Yesus hanya sebagai manusia biasa, bukan Juruselamat. Namun puji Tuhan!<\/span><\/p>\n

Suatu malam, pada tanggal 10 Februari 1927, Yesus menjumpai saya di Amerika. Yesus menemui saya di kamar 405 di sebuah seminari yang ateis.<\/span><\/p>\n

Pada malam itu, Roh Kudus menerangi saya. Di dalam terang itu Yesus berkata kepada saya, “Anak, Aku telah mati bagi dosa-dosamu. Dosa-dosamu telah diampuni.”<\/span><\/p>\n

Saat itu, saya berubah sepenuhnya. Mulai saat itu, sukacita mengalir deras.<\/span><\/p>\n

Tuhan menugaskan saya untuk memberitakan Injil. Saya menginjil sampai tujuh hari, namun saya ditangkap karena dianggap gila. Saya dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Para dokter datang untuk memeriksa saya dan menanyakan tentang latar belakang hidup saya. Setelah melewati kepedihan di rumah sakit jiwa itu, saya menerima sukacita yang sejati.<\/span><\/p>\n

Kemanapun saya pergi, saya memberitakan Injil, jalan sejati menuju damai sejahtera.<\/span><\/p>\n

Saudara-saudariku, saya sungguh-sungguh ingin agar Yesus yang telah menyelamatkan saya itu, menyelamatkan Anda pada hari ini. Taka ada hal yang bisa memberikan kita damai sejahtera yang sejati. Hanya Yesus yang bisa.<\/span><\/p>\n

Yesus datang ke dunia ini bagi Anda dan saya.<\/span><\/p>\n

Sekalipun dosa-dosa kita dalamnya melebihi lautan dan tingginya melebihi puncak gunung, Yesus bisa mengubah kita, menyelamatkan kita.<\/span><\/p>\n

Kiranya Yesus menebus Anda dengan darah-Nya yang mahal.<\/span><\/p>\n

(Dikutip dari khotbah John Sung, ‘Bagaimana Zakheus diselamatkan’ dan ‘Pencarian akan Damai Sejati’)<\/span><\/p>\n

 <\/p>\n

 <\/p>\n

DOA Memulai Hubungan Pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus:
\nSaya percaya bahwa Darah Yesus Kristus yang telah dicurahkan adalah untuk penebusan atas segala hutang dosa saya.
\nSaya percaya hanya melalui Tuhan Yesus saya beroleh pengampunan yang kekal.
\nDan mulai saat ini juga, saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya pribadi.
\nSaya mengundang ROH KUDUS tinggal didalam hati saya untuk menuntun saya dalam setiap langkah dan pengenalan saya akan Engkau.
\nSaya berdoa Hanya di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, AMIN.<\/p>\n

Sumber: cahayapengharapan.org<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Saudara-saudari yang terkasih! Izinkan saya memberikan kesaksian kepada Anda. Saya ini adalah orang yang paling berdosa. Ayah saya adalah seorang pendeta. Keluarga saya semua adalah orang percaya. Saya dibaptis saat dilahirkan. Saya juga membaca Alkitab. Akan tetapi semua itu tidak saya lakukan dengan hati saya. Pada usia 18 tahun, saya berangkat ke Amerika. Saya melupakan…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":8968,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"_mi_skip_tracking":false,"footnotes":""},"categories":[3],"tags":[],"class_list":["post-8967","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kesaksian"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/8967","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=8967"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/8967\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":8969,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/8967\/revisions\/8969"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/8968"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=8967"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=8967"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.kesaksian.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=8967"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}